File Download : puteri-pdf.zip
Nama adalah jatidiri seseorang yang dengannya dia dikenal. Dan bila ia adalah sebutan yang baik maka siapapun akan menyukainya, begitu pula sebaliknya. Dienul Islam, memberikan perhatian khusus tentang hal ini.
Mengenai pemberian nama, terdapat riwayat yang masih diperselisihkan para ulama hadits kualitasnya, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Darda': "Sesungguhnya kalian akan dipanggil dengan nama kamu dan nama bapakmu pada Hari Kiamat nanti, maka dari itu pilihlah nama-nama yang baik bagimu".
Diantara ulama hadits ada yang mengatakan bahwa hadits ini dho'if (lemah); pendapat ini lebih kuat karena berdasarkan penelitian dan studi kritik hadits, ada juga yang mengatakan jayyid (bagus); seperti yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkaar, ada yang mengatakan hasan (di bawah kualitas shahih); seperti Ibnul Qoyyim.
Terlepas dari polemik tentang kualitas hadits tersebut, namun ada hadits lain yang shahih yang dapat disimpulkan mengarah ke makna tersebut : diantaranya;
a). diriwayatkan dari al-Musayyib bin Hazn dari kakeknya yang berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "siapa namamu?". 'Hazn!' (artinya; sedih-red) jawabku. Beliau bersabda: "tidak, namamu adalah Sahal سهل ". (artinya: Mudah-red). Kakekku berkata: 'aku tidak akan merubah nama pemberian orangtuaku!. Sa'id bin al-Musayyib berkata: 'Kami terus dirundung kesedihan sejak saat itu sampai sekarang" (H.R.Bukhari).
b). Diriwayatkan dari Muthi' bin al-Aswar bin Haritsah, ia berkata: 'saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda pada saat penaklukan kota Mekkah:"Tidak akan ada seorang Quraisy pun yang dibunuh secara keji setelah hari ini sampai hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang memeluk Islam dari kalangan orang jahat Quraisy kecuali Muthi' مطيـع ". Nama aslinya adalah al-'Aash (artinya: pelaku maksiat-red) lalu Rasulullah mengganti nama tersebut menjadi Muthi' (artinya: Orang yang taat/patuh-red). (H.R. Muslim).
Oleh karena itu kita harus menghindarkan nama-nama yang jelek dan tidak Islami seperti nama yang ke-Barat-baratan.
Dapat disimpulkan dari hadits-hadits yang ada bahwa kita dianjurkan memberi nama anak dengan nama-nama yang baik dan apa yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut nampaknya hanya sebagai contoh saja dan spontanitas yang dialami oleh Rasulullah dimana, ketika beliau menjumpai nama yang tidak bagus lantas, menggantinya dengan yang bagus. Dalam hadits-hadits tersebut, dijelaskan bahwa nama yang paling disukai oleh Allah adalah 'Abdullah dan Abdurrahman. (H.R.Muslim). Para ulama menyimpulkan bahwa penyebutan hanya dengan dua nama tersebut bukan dimaksudkan sebagai pembatasan. Karenanya boleh memberikan nama dengan Asma-Asma Allah lainnya akan tetapi dengan menambahkan kata " 'Abdu" di depannya.
Kriteria dalam memberi nama
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memberi nama:
Pertama, Hendaklah memilih nama yang baik
Kedua, Memilih nama yang paling disukai atau mendekatinya
Ketiga, Menjauhi nama-nama yang tidak disukai
Keempat, Tidak menamakan dengan nama-nama yang berindikasi syirik, seperti nama-nama sesembahan selain Allah; 'Abdun Nabi, Abdu 'Ali, 'Abdul Ka'bah, Malikul mulk, Sayyidun Nas, Sayyidul Kulli, dan lain-lain.
Waktu pemberian nama
Waktunya adalah pada hari ketujuh dari kelahiran anak berdasarkan hadits Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak tergadai dengan 'aqiqahnya, yang harus disembelih pada hari ketujuh setelah kelahirannya, dicukur rambutnya dan diberi nama". (H.R.Abu Daud).
Mengenai pemberian nama, terdapat riwayat yang masih diperselisihkan para ulama hadits kualitasnya, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Darda': "Sesungguhnya kalian akan dipanggil dengan nama kamu dan nama bapakmu pada Hari Kiamat nanti, maka dari itu pilihlah nama-nama yang baik bagimu".
Diantara ulama hadits ada yang mengatakan bahwa hadits ini dho'if (lemah); pendapat ini lebih kuat karena berdasarkan penelitian dan studi kritik hadits, ada juga yang mengatakan jayyid (bagus); seperti yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkaar, ada yang mengatakan hasan (di bawah kualitas shahih); seperti Ibnul Qoyyim.
Terlepas dari polemik tentang kualitas hadits tersebut, namun ada hadits lain yang shahih yang dapat disimpulkan mengarah ke makna tersebut : diantaranya;
a). diriwayatkan dari al-Musayyib bin Hazn dari kakeknya yang berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "siapa namamu?". 'Hazn!' (artinya; sedih-red) jawabku. Beliau bersabda: "tidak, namamu adalah Sahal سهل ". (artinya: Mudah-red). Kakekku berkata: 'aku tidak akan merubah nama pemberian orangtuaku!. Sa'id bin al-Musayyib berkata: 'Kami terus dirundung kesedihan sejak saat itu sampai sekarang" (H.R.Bukhari).
b). Diriwayatkan dari Muthi' bin al-Aswar bin Haritsah, ia berkata: 'saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda pada saat penaklukan kota Mekkah:"Tidak akan ada seorang Quraisy pun yang dibunuh secara keji setelah hari ini sampai hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang memeluk Islam dari kalangan orang jahat Quraisy kecuali Muthi' مطيـع ". Nama aslinya adalah al-'Aash (artinya: pelaku maksiat-red) lalu Rasulullah mengganti nama tersebut menjadi Muthi' (artinya: Orang yang taat/patuh-red). (H.R. Muslim).
Oleh karena itu kita harus menghindarkan nama-nama yang jelek dan tidak Islami seperti nama yang ke-Barat-baratan.
Dapat disimpulkan dari hadits-hadits yang ada bahwa kita dianjurkan memberi nama anak dengan nama-nama yang baik dan apa yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut nampaknya hanya sebagai contoh saja dan spontanitas yang dialami oleh Rasulullah dimana, ketika beliau menjumpai nama yang tidak bagus lantas, menggantinya dengan yang bagus. Dalam hadits-hadits tersebut, dijelaskan bahwa nama yang paling disukai oleh Allah adalah 'Abdullah dan Abdurrahman. (H.R.Muslim). Para ulama menyimpulkan bahwa penyebutan hanya dengan dua nama tersebut bukan dimaksudkan sebagai pembatasan. Karenanya boleh memberikan nama dengan Asma-Asma Allah lainnya akan tetapi dengan menambahkan kata " 'Abdu" di depannya.
Kriteria dalam memberi nama
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memberi nama:
Pertama, Hendaklah memilih nama yang baik
Kedua, Memilih nama yang paling disukai atau mendekatinya
Ketiga, Menjauhi nama-nama yang tidak disukai
Keempat, Tidak menamakan dengan nama-nama yang berindikasi syirik, seperti nama-nama sesembahan selain Allah; 'Abdun Nabi, Abdu 'Ali, 'Abdul Ka'bah, Malikul mulk, Sayyidun Nas, Sayyidul Kulli, dan lain-lain.
Waktu pemberian nama
Waktunya adalah pada hari ketujuh dari kelahiran anak berdasarkan hadits Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak tergadai dengan 'aqiqahnya, yang harus disembelih pada hari ketujuh setelah kelahirannya, dicukur rambutnya dan diberi nama". (H.R.Abu Daud).
0 komentar:
Posting Komentar