Kamis, 19 Mei 2011

Rintihan Seorang Ibu

Wahai Anakku
Untuk anakku yang ku sayangi di bumi Alloh ta’ala
Segala puji ku panjatkan ke hadirat Alloh ta’ala, yang telah memudahkan ibu untuk beribadah kepada-Nya.
Sholawat serta salam, ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, keluarga, dan para sahabatnya.
Wahai anakku…
    surat ini datang dari ibumu, yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang, ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri ini.
    Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan ini terhalangi oleh tangis. Dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula, hati ini terluka.
    Wahai anakku…
      Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati ibu, dan telah engkau robek pula perasaannya.
      Wahai anakku…

        Rabu, 18 Mei 2011

        Masa Depan

        Penyejuk Hati
        النفس تبكي على الدنيا وقد علمت...أن السلامة فيها ترك ما فيها

        (Sungguh aneh) jika jiwa menangis karena perkara dunia (yang terluput) padahal jiwa tersebut mengetahui bahwa keselamatan adalah dengan meninggalkan dunia
        لا دار للمرء بعد الموت يسكنها...إلا التي كان قبل الموت يبنيها

        Tidak ada rumah bagi seseorang untuk ditempati setelah kematian, kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya
        فإن بناها بخير طاب مسكنه...وإن بناها بشر خاب بانيها

        Jika ia membangun rumahnya (tatkala masih hidup) dengan amalan kebaikan maka rumah yang akan ditempatinya setelah matipun akan baik pula
        أموالنا لذوي الميراث نجمعها...ودورنا لخراب الدهر نبنيها

        Harta kita yang kita kumpulkan adalah milik ahli waris kita, dan rumah-rumah (batu) yang kita bangun akan rusak dimakan waktu

        Selasa, 10 Mei 2011

        Aku Tidak =[PD]= Percaya Diri











        Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
        saya mau curhat, mohon tanggapan dari ustadz. Ceritanya saya dipertemukan dengan akhwat yang jamilah (cantik) sekali. Sayang, saya merasa kurang PD (percaya diri) dihadapannya. Bagaimana Ustadz? Terima kasih
        08158431xxxx

        "= Ayah, Aku Ingin Bersamamu ="

        Bocah kecil itu menemui ayahnya yang payah karena kerja. Sebab, dari pagi hingga sore, ia mengontrol berbagai proyek dan kontraknya. Ia tidak punya waktu untuk diam di rumah selain untuk makan dan tidur.





        Bocah : “Ayah, kenapa engkau tidak lagi mau bermain denganku dan bercerita kepadaku? Aku sangat merindukan cerita-ceritamu dan ingin bermain denganmu. Bagaimana pendapatmu bila hari ini engkau bermain sebentar denganku dan bercerita satu kisah kepadaku?”

        Ayah : “Anakku, aku tidak punya waktu untuk bermain dan membuang-buang waktu. Karena aku punya pekerjaan dan waktuku sangat berharga.”
        Bocah : “Berilah aku satu jam saja dari waktumu, karena aku sangat merindukanmu, wahai ayahku.”

        Ayah : “Anakku tercinta, aku bekerja dan berjuang untuk kalian. Dan waktu satu jam yang engkau inginkan agar aku habiskan bersamamu itu, bisa aku pakai untuk mendapatkan penghasilan tidak kurang dari Rp. 100.000. Jadi, aku tidak punya waktu untuk sesuatu yang sia-sia bersamamu. Ayo, pergilah dan bermainlah bersama ibumu.”

        Selasa, 03 Mei 2011

        :: PAHAMILAH KAIDAH DALAM BERIBADAH AGAR TIDAK SALAH LANGKAH ::

        Bismillahirrahmanirrahim.

        Kaidah dalam beribadah

        َالأَصْلُ فِى اْلعِبَادَةِ اَلتَّحْرِيْمُ وَالْبَطْلُ إِلاَّ مَا جَاءَ بِهِ الدَّ لِيْلِ عَلىَ اَوَامِرِهِ

        "Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada dalil yang memerintahkan"

        Ada beberapa dalil , diantaranya adalah ayat Al Qur'an surah al Hujurat :1

        "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya[1] dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al Hujurat :1)

        فاَ الأَصْلُ في الْعِبَادَتِ اْلبُطْلاَنُ حَتَّى يَقُوْمَ دَلِيْلٌ عَلىَ اْلأَمْرِ

        "Hukum asal dari ibadah adalah batal, hingga tegak dalil (argument) yang memerintahkannya" ( Imam As Suyuthi, dalam al Asyba' wan Nadhoir: 44 dan Ibnu Qoyyim al Jauziyah dalam I'lamul Muwaqi'ien Juz 1 hal. 344, Dar al Fikr, Beirut))

        Ibadah pada dasarnya adalah haram dan batal. Hukum asalnya adalah haram, dan sesuatu yang batal, tidak syah, tidak berguna dan sia-sia.

        Hukum haram dapat berubah menjadi wajib, atau sunnah apabila ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya.. Apabila tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya atau apabila tidak ada dalil yang menyuruh (perintah) melakukannya, ia kembali kepada hukum asal HARAM.